Jumat, 29 Desember 2017

Seorang Guru

Benarlah jika ada yang mengatakan bahwa guru adalah pekerjaan yang paling mulia. Mengapa? Sebenarnya tidak usah ditanya pun kita semua sudah tau jawabannya, bukan? Selain memberi ilmu tiap hari tanpa lelah, guru juga kerap memberi motivasi, masukan, nilai pada tiap pekerjaan rumah, bahkan tidak jarang guru yang berkorban demi membuat anak didiknya bahagia.
Menjadi guru bukan hal yang mudah.
Saya adalah alumni sebuah pesantren bulan Mei lalu. Kebetulan, saya ditunjuk oleh pimpinan untuk mengabdi di pondok, dan kebetulan pula, saya kebagian jam ngajar. Satu persatu tugas guru saya laksanakan sedemikian rupa, berat memang. Selain kita harus menguasai benar-benar apa pelajaran yang kita akan ajarkan, kita juga harus kuat fisik, kuat hati, dan kuat otak dalam menghadapi anak-anak yang susah diatur.
Saya tidak bercita-cita jadi guru, tapi dengan pengabdian ini, saya mengerti, betapa susahnya guru-guru kami dulu mengajar. Masih terbayang dalam benak saya, betapa mudahnya saya terantuk-antuk di kelas ketika si guru menerangkan pelajaran panjang lebar, betapa kami lancang sekali dengan berteriak-teriak di kelas atau sekadar berisik pada jam pelajaran. Sekarang, saya merasakan itu semua.
Saya sama sekali tidak berharap dikatakan sebagai guru yang mulia. Saya menulis begini, karena saya merasa bersalah terhadap guru-guru saya dulu. Sebagai guru Ilmu Pengetahuan Alam kelas 7 dan 8 SMP, saya merasakan betul jengkelnya melihat murid yang tidur dengan santainya saat saya menerangkan, saya merasakan betul bagaimana kesalnya melihat murid yang susah diatur, dan sedihnya ketika murid mendapat nilai di bawah rata-rata. Kebetulan, saya juga menjadi wali kelas yang harus memberi motivasi kepada anak-anak yang merengek tidak betah, minta pindah, dan lain sebagainya.
Betapa mulianya guru-guru saya dulu. Bahkan lebih dari saya, guru-guru kami dulu adalah guru yang paling sabar, paling hebat menghadapi kelakuan kami anak-anak tak tahu diri. Tapi, kini, saya yang merasakan menjadi guru tersebut, tetap harus sabar dan menggunakan kepala dingin dalam mengatasi berbagai masalah. Semua tetap harus dijalani.

Maka, lewat tulisan ini saya berharap, semoga guru-guru kami selalu dimudahkan jalannya oleh Allah, selalu diberi umur panjanng, kesehatan tiada tara, dan selalu dalam lindungan Allah. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sastra Anak Usia Dini

a. Puisi Lagu Dolanan             Mungkin beberapa di antara kita sudah ada yang pernah mendengar tentang ‘dolanan’ ini. Puisi lagu dola...