Benarlah jika ada yang mengatakan bahwa guru adalah pekerjaan yang
paling mulia. Mengapa? Sebenarnya tidak usah ditanya pun kita semua sudah tau
jawabannya, bukan? Selain memberi ilmu tiap hari tanpa lelah, guru juga kerap
memberi motivasi, masukan, nilai pada tiap pekerjaan rumah, bahkan tidak jarang
guru yang berkorban demi membuat anak didiknya bahagia.
Menjadi guru bukan hal yang mudah.
Saya adalah alumni sebuah pesantren bulan Mei lalu. Kebetulan, saya
ditunjuk oleh pimpinan untuk mengabdi di pondok, dan kebetulan pula, saya
kebagian jam ngajar. Satu persatu tugas guru saya laksanakan sedemikian rupa,
berat memang. Selain kita harus menguasai benar-benar apa pelajaran yang kita
akan ajarkan, kita juga harus kuat fisik, kuat hati, dan kuat otak dalam
menghadapi anak-anak yang susah diatur.
Saya tidak bercita-cita jadi guru, tapi dengan pengabdian ini, saya
mengerti, betapa susahnya guru-guru kami dulu mengajar. Masih terbayang dalam
benak saya, betapa mudahnya saya terantuk-antuk di kelas ketika si guru
menerangkan pelajaran panjang lebar, betapa kami lancang sekali dengan
berteriak-teriak di kelas atau sekadar berisik pada jam pelajaran. Sekarang,
saya merasakan itu semua.
Saya sama sekali tidak berharap dikatakan sebagai guru yang mulia.
Saya menulis begini, karena saya merasa bersalah terhadap guru-guru saya dulu.
Sebagai guru Ilmu Pengetahuan Alam kelas 7 dan 8 SMP, saya merasakan betul
jengkelnya melihat murid yang tidur dengan santainya saat saya menerangkan,
saya merasakan betul bagaimana kesalnya melihat murid yang susah diatur, dan
sedihnya ketika murid mendapat nilai di bawah rata-rata. Kebetulan, saya juga
menjadi wali kelas yang harus memberi motivasi kepada anak-anak yang merengek
tidak betah, minta pindah, dan lain sebagainya.
Betapa mulianya guru-guru saya dulu. Bahkan lebih dari saya,
guru-guru kami dulu adalah guru yang paling sabar, paling hebat menghadapi
kelakuan kami anak-anak tak tahu diri. Tapi, kini, saya yang merasakan menjadi
guru tersebut, tetap harus sabar dan menggunakan kepala dingin dalam mengatasi
berbagai masalah. Semua tetap harus dijalani.
Maka, lewat tulisan ini saya berharap, semoga guru-guru kami selalu
dimudahkan jalannya oleh Allah, selalu diberi umur panjanng, kesehatan tiada
tara, dan selalu dalam lindungan Allah. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar