Jumat, 29 Desember 2017

Kuliner dan Seluk Beluk Industrinya di Indonesia

Indonesia, Negara dengan populasi penduduk terbanyak keempat di dunia ini merupakan Negara penghasil bahan baku makanan yang terkenal dengan sumber daya alamnya yang melimpah. Fakta inilah yang menjadikan Indonesia memiliki kuliner yang beragam di berbagai daerah.
            Misalnya di Indonesia bagian barat. Ada ayam tangkap dan mie Aceh yang populer di Aceh, bika Ambon dan bolu meranti dari Medan, dan tak ketinggalan pempek dan tekwan khas Palembang. Kemudian di Indonesia bagian tengah, aneka olahan durian dapat dijumpai di Pontianak dengan mudah. Soto Banjar  ala Banjarmasin dan Bubur Pedas ala Kalimantan Barat. Kemudian di wilayah Indonesia Timur, ada Coto Makassar dan Es Pisang Ijo ala Sulawesi Selatan. Sumatera Utara terkenal dengan menu Ikan Cakalang yang pedas, makanan berbahan dasar sagu, Papeda dari Maluku dan Papua, serta Ayam Taliwang khas Lombok, Nusa Tenggara Barat.
            Dengan warna-warni kuliner seperti itu, tak heran jika bisnis kuliner dalam negeri terbilang sukses. Terutama di kota-kota besar, para pengusaha kuliner baru bermunculan bak jamur di musim penghujan. Inovasi dan kreatifitas baru yang dituangkan dalam sebuah makanan dan minuman menjadi bibit berkembangnya sebuah bisnis kuliner. Walaupun menunya sama, tapi jika diolah dengan inovasi yang berbeda, toh akan tetap laris juga.
            Kuatnya industry kuliner Indonesia inilah yang mengantarkan Indonesia menjadi petarung hebat dalam pasar bebas ASEAN terutama MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Mengingat pula bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang cukup potensial seperti  pertanian dan kelautan, menambah keyakinan Panggah Susanto selaku Dirjen Industri Agro Kementrian Perindustrian.
            “Industri makanan dan minuman merupakan sektor yang terus tumbuh dan berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Kami percaya sektor ini kuat dan mampu bersaing di pasar bebas ASEAN,” katanya.
            Bahkan Indonesia pernah turut andil dalam mempromosikan produk pangan di mata Internasional Hong Kong Trade Development Council (HKTDC) Food Expo 2016 yang berlangsung pada Agustus 2016. Produk unggulan yang ditampilkan antara lain kopi, teh, minuman ringan, minuman herbal, cokelat, olahan kelapa, bumbu instan, makanan ringan, mie instan, dan hasil laut. Kementrian Perindustrian (Kemenperin) berharap keikutsertaan Indonesia pada pameran ini tidak hanya mendekatkan produk Indonesia terhadap masyarakat Hong Kong, tetapi juga masyarakat dunia.
            Namun, dibalik berjamurnya bisnis kuliner di Indonesia, bukan berarti bisnis tersebut selalu lancar dan tidak menghadapi masalah. Masalah serius yang sepertinya dialami pengusaha kuliner dewasa ini adalah melonjaknya biaya operasional yang meliputi harga sewa gedung, bayar listrik, kenaikan upah buruh, hingga bahan-bahan pokok. Belum lagi menghadapi pesaing-pesaing kuliner yang juga tersebar di mana-mana dan menawarkan produk yang lebih menarik. Jika sebuah perusahaan kuliner tak mampu menghadapi tantangan zaman, maka bisa dipastikan perusahaan tersebut tak akan bertahan lama.
            Misalnya, harga sewa gedung saat ini sudah naik drastis. Di Jakarta, harga sewa rumah toko alias ruko berukuran 4 meter x 15 meter sudah mencapai Rp. 150 juta per tahun. Padahal dua tahun sebelumnya, harganya masih di kisaran Rp. 70 juta. Tidak jauh berbeda dengan biaya listrik. Di mal, biaya listriknya mencapai Rp. 40 juta per bulan.
            Ada beberapa alasan mengapa perusahaan kuliner (restoran) gulung tikar, diantaranya adalah karena memang makanan yang dijajakan tidak enak dan tidak sesuai dengan selera konsumen, sistem dan manajemen yang tidak bagus, dan yang terakhir karena lokasi restoran yang tidak strategis.
            Kenaikan harga-harga menjadi momok bagi pengusaha kuliner yang mengandalkan margin rendah dan perang harga. Jika harga produk ditingkatkan, maka ditakutkan akan berbanding terbalik dengan daya beli masyarakat. Maka meski usaha kuliner terus berkembang, biaya operasional juga ikut membesar. Perusahaan dengan omzet besar pun rasanya tidak merasakan keuntungan besar yang didapat karena dibarengi dengan membengkaknya biaya operasional.
            Lalu, apa solusi menghadapi panasnya persaingan antar pengusaha kuliner tersebut?
            Solusi tiap perusahaan dalam menghadapi masalah ini tentunya berbeda-beda. KFC dan McDonalds misalnya. Perusahaan yang menyandang nama asing ini mencari solusi dengan menambah gerai dalam kurun waktu tertentu.  Selain itu, menambah menu baru juga menjadi solusi dalam menarik minat masyarakat.
            Yang terpenting dalam kuliner adalah tidak menyerah pada zaman dan pengusaha kuliner baru yang terus bermunculan. Menciptakan inovasi dan kreasi baru bisa jadi jawaban ketika orang-orang sudah beralih ke produk lain. Karena yang dicari lidah orang Indonesia adalah soal rasa dan sesuatu yang berbeda dari yang lain. Misalnya lagi restoran-restoran yang mengusung tema baru pada tempatnya. Beberapa restoran memanfaatkan peti kemas yang biasa digunakan untuk membawa barang untuk dijadikan tempat makan yang unik, seperti Food Container. Beberapa restoran juga menyediakan permainan-permainan yang membuat pelanggan bisa betah berlama-lama di tempat. Ini mungkin bisa menjadi jawaban atas masalah.
            Bahkan bisa dibilang industry kuliner di Indonesia tak boleh padam dan harus terus menciptakan sesuatu yang menarik lidah masyarakat. Ini karena kuliner merupakan sektor penting yang termasuk dalam 15 sektor industri kreatif dimana keseluruhan sektornya akan terus tumbuh dan berkembang. Industry kreatif sendiri menurut Kementrian Perdagangan Indonesia adalah industry yang berasal dari pemanfaatan aktifitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan dengan menghasilkan dan mengeskploitasi daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Industry kreatif memegang kendali besar dalam menggerakan roda perekonomian Indonesia. Maka termasuk pengusaha kuliner harus tetap ada dan tidak berputus asa pada zaman yang berlangsung.

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sastra Anak Usia Dini

a. Puisi Lagu Dolanan             Mungkin beberapa di antara kita sudah ada yang pernah mendengar tentang ‘dolanan’ ini. Puisi lagu dola...